(Bahas Film) The Breadwinner (2017)

Kamis, tanggal 8 April, kemarin, aku menonton hingga habis film The Breadwinner. Aku tertarik untuk menonton film ini setelah aku menonton trailernya sehingga aku penasaran dengan cerita dari film ini, ditambah film ini masuk nominasi Best Animated Feature Oscar/Academy Award yang ke-90 tahun 2018.

Ini trailernya, coba ditonton dulu https://youtu.be/yQBQw-Bh1pg

Film ini diproduksi oleh studio animasi dari Irlandia, Cartoon Saloon, bekerja sama dengan Aircraft Pictures dari Kanada, dan Melusine Productions dari Luxemburg. Disutradarai oleh Nora Twomey, film ini diadaptasi dari novel dengan judul yang sama yang ditulis oleh Deborah Ellis. Film ini melakukan world premiere dalam ajang 2017 Toronto International Film Festival pada bulan September dilanjut dengan perilisan di Amerika Serikat bulan November. Untuk Indonesia sendiri, aku nggak tahu juga pada saat itu. Tapi sekarang film ini bisa ditonton secara legal di Netflix. 

Film ini menceritakan kehidupan Parvana, gadis berusia 11 tahun di daerah Kabul, Afganistan yang berada di bawah kekuasaan Taliban. Ayahnya ditangkap dan ditahan secara paksa tanpa tuntutan sehingga ia, Ibunya, kakaknya, dan adiknya harus mencari cara agar mereka bisa melanjutkan kehidupan mereka. Merasa bertanggung jawab, Parvana memutuskan untuk menyamar menjadi anak laki-laki untuk bekerja dan membeli makanan untuk keluarganya. Saat itu, di daerahnya, ada peraturan dimana perempuan tidak boleh menampakkan diri di luar rumah tanpa menutup wajahnya dan perempuan harus selalu ditemani laki - laki dari keluarganya. Perempuan saat itu benar-benar dikekang. Selama ia menjadi tulang punggung keluarganya, Parvana yang menyamar menjadi anak laki - laki bernama Aatish masih menaruh harapan atas ayahnya yang dipenjara sehingga ia mencari cara agar ia bisa membebaskan ayahnya. Bersama temannya, Shauzia, yang juga menyamar menjadi anak laki-laki bernama Deliwar, mereka bekerja dan mengumpulkan uang untuk kehidupan dan mimpi mereka masing-masing.

Yang kusuka dari film ini adalah desain dari animasinya. Penggarapan animasi 2D cukup apik seperti film2 lainnya yang diproduksi Cartoon Saloon. Ceritanya yang cukup sederhana dan mudah diikuti serta memiliki pelajaran didalamnya. Yang masih agak kurang dari film ini menurutku adalah endingnya. Sebenarnya endingnya sudah cukup mengena tapi mungkin masih bisa dilengkapkan lagi.

Selain mendapat nominasi Oscar 2018, film ini juga mendapatkan beberapa penghargaan seperti nominasi di Golden Globe Awards, Critics' Choice Movie Awards, Annie Awards, dan masih banyak lagi yang berhasil memenangkan sebagian diantaranya. Film ini mendapat rating dari Rotten Tomatoes Fresh 95% Tomatometer dari 100+ reviews dan 87% dari Audience Score. Rating yang didapat dari IMDb adalah 7.7/10 dan rating Metascore 78. Rating dan penghargaan tersebut cukuplah untuk merekomendasikan film ini ke kalian untuk ditonton.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Pengalaman ikut Pelatihan dan Sertifikasi BPPTIK

Untuk yang ambis di 2022, ini ceritaku berperang di OSC MEDCOM 2020